Wednesday, March 13, 2013

Meander - Chapter 2

Mita mengernyitkan dahi, "oh ternyata aku salah orang. Kirain Maya Estianti," celetuk Mita sambil misuh-misuh. Maya tertawa terbahak-bahak.

"Baru nyampe?" tanya Maya. Matanya melirik ke arah Asti, "temenmu siapa namanya, Mit? Novi?" ganti Mita yang tertawa geli.

"Tuh, kan. Sok tau banget!" ledeknya sambil menahan tawa. "Namanya Asti, Bang.." jelas Mita. Maya mengangguk-angguk, panggilan 'abang' memang akrab ditelinganya. Semua anak cyber yang dikenalnya, memanggilnya 'abang'.

"Temen yang lain belum dateng?" tanya Asti tiba-tiba. Maya menggedikkan bahu.

"Gak tau tuh, Ti. Ada yang masih di jalan, ada yang bilang udah nyampe tapi masih belum keliatan juga." sungut Maya. "Eh, cari tempat duduk dulu yuk!" ajaknya sambil berjalan menerobos kerumunan. Mita dan Asti mengikuti. Mereka menemukan tempat yang cukup luas dan teduh karena dinaungi pohon besar. Maya segera duduk di rumput lalu melemparkan tasnya jauh didepannya.

"Ngapain, Bang?" tanya Mita bingung.

"Ngetag tempat buat anak-anak yang lain," jawab Maya sambil nyengir. Mita ber-oh panjang, ia dan Asti pun ikut duduk.

***

"Masih jauh, Ra?" tanya Lala sambil mengusap keringat di dahinya. Kereta hari itu lumayan penuh.

"Bentar lagi, ini udah mau stasiun Tanjung Barat." jawab Nira.

"Abis itu stasiun UI?" kali ini Adit yang bertanya.

"Enggak sih. Masih ada 3 stasiun lagi," ucap Nira. Wajah kedua teman seperjalanannya langsung bete, Nira ngakak.

"Beneran?" tanya Lala dengan wajah memelas.

"Iya, La. Gak kerasa kok, beneran." Nira mencoba menenangkan. Adit kembali menatap jendela. Ini anak dari tadi berasa galau mulu, pikir Nira.

"Ada apaan di jendela, Dit?" tanya Nira iseng.

"Debu." jawab Adit singkat.

***

"Mau takoyaki gak, Ris?" tanya Randi sambil menyodorkan boks takoyaki-nya.

"Gak usah, aku belum pengen." Risa menolak halus. Sebenarnya ia masih agak grogi bertemu dengan teman cyber-nya, apalagi pertama bertemu dengan orang sok akrab macam Randi.

*bzzzt* *bzzzt*

Ris, dimana? Sama Randi, kan? Kita di bawah pohon gede, dibelakang stand tattoo gitu. - Maya

"Abang sms nih," gumam Risa setelah membac pesannya.

"Sms apaan?" tanya Randi sambil mengunyah takoyaki di mulutnya.

"Jorok, ih! Jangan ngomong sambil makan kenape, ntar kalo muncrat terus nemplok di badan orang apalagi orang yang gak kenal kan gak lucu." omel Risa panjang lebar sambil mmemperlihatkan isi smsnya. Randi mengangguk-angguk lalu matanya jelalatan mencari tempat yang dimaksud Maya.

"Itu mereka bukan, Ris?" tanyanya sambil menunjuk 3 orang yang seang duduk di rumput. Ia kenal wajah salah satu dari mereka.

"Kayaknya iya, coba samperin aja.." usul Risa. Mereka pun menghampiri orang yang dimaksud.

"Mita, kan?" sapa Randi pada gadis yang sedang sibuk dengan hapenya. Gadis itu mendongak.

"Randi?" Mita balik bertanya. Randi mengangguk lalu memperhatikan wajam Mita, lebih cantik daripada fotonya.

"Bengong aje! Terkesima gitu ya liat Mita?" ledek Maya. Randi nyengir kuda, ini orang siapa ya? Perasaan gue gak pernah liat, gumamnya dalam hati.

"Emang kamu tau dia siapa, Di?" tanya Mita pada Randi yang terlihat ragu-ragu mencari posisi duduk yang enak diantara cewek-cewek ini, sementara Risa sudah duduk manis disebelah Maya.

"Eh? Gatau. Emang siapa?" Randi mengeluarkan jurus cengiran tak berdosa sambil duduk agak jauh dari yang lain. Maya mendengus.

"Gue yang nelepon lo tadi, kampret!" gerutunya. Risa terkikik, Randi masih menatap bingung.

"Tadi? .....Maya?" tebak Randi ragu-ragu. Maya mengangguk sambil berwajah 'sumpe lo gak kenal gue?'.

"Itu siapa, Kak Mita?" tanya Risa sambil menunjuk Asti yang duduk manis disebelah Mita.

"Oh.. Dia temenku, satu kosan. Namanya Asti," jelas Mita. Risa dan Randi ber-oh panjang.

"Nira mana sih!?" gerutu Maya kesal. "Dia yang ngajakin, tapi datengnya telat."

"Sabar, Bang.. Mungkin ada komo lewat di rel kereta, terus mereka foto-foto dulu sama komo." gumam Risa pelan.

Maya, and, Mita, dan Asti cuma bisa bengong.

***

"Oh, ini toh stasiun UI.. Rame banget, gila!" pekik Lala sambil mengenakan masker yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Ngapain paje gituan, sih?" tanya Adit bingung.

"Ini namanya masker, dodol!" tukas Lala.

"E, jangan pada ribut dulu kenapa sih!" sergah Nira. Keduanya langsung diam.

"Terus kita kemana, Ra?" tanya Lala. Sementara Adit sibuk mengutak-atik handphonenya supaya dikira sibuk.

"Naik bikun," sahut Nira singkat sementara matanya jelalatan.

"Hah? Bihun?" Adit mengernyitkan alis. Lala menepuk jidat.

"Bikun! Bikun, bis kuning! Bukan bihun! Oon nih!" gerutu Lala.

"Gue juga tau, kan tadi nyoba ngelawak doang." sahut Adit polos. Nira memandang dua anak di depannya dengan tatapan memelas. Salah gue apa sih malah jadi baby sitter mereka, keluhnya dalam hati.

"Nah! Itu bikunnya dateng! Ayo naik, cepetan!" Nira mendorong-dorong Adit dan Lala supaya bisa naik bikun yang sudah penuh sesak.

"Penuh banget, Ra!" pekik Lala sambil mencari pegangan agar tidak jatuh.

"Sabar aja, sih! Sebentar doang kok," omel Nira. Adit sendiri tidak peduli asalkan ia bisa segera sampai ke tempat tujuan.

Bis pun mulai melaju.

***

*bzzzt* *bzzzt*

Udah di depan gerbang acaranya, nih! Kalian dimana? - Nira

"Eh, Nira udah sampe." celetuk Mita disela percakapan mereka tentang dunia maya.

"Beneran? Kok dia gak sms gue?" gerutu Maya sambil mengecek handphonenya. "Eh, ternyata hape gue mati, lowbatt." Maya nyengir kuda. Randi memperhatikan Mita yang mengetik sms balasan.

"Bales apa, Mit?" tanyanya.

"Mau tau aja, atau mau tau banget?" ejek Mita iseng.

"Yee.. Nanya serius, nih.."

"Ngasih tau, tempat kita dimana." jawab Mita singkat.

"Kelamaan," celetuk Maya.

"Iya, sih. Gue samperin aja deh," usul Randi sambil berdiri.

"Bagus, deh. Gih sana cepet!" usir Maya tanpa belas kasihan. Risa tertawa pelan.

***

*riiing* *riiing*

"Ya, halo?" Nira mengangkat teleponnya dengan cepat tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Hai, kalian dimana?" Nira tersentak mendengar suara familiar itu ditelinganya.

"Eh? Ini siapa?"

"Idih, kok ngelupain aku sih? Ja'aaaat.."

"Err.."

"Hehehe.. Ini Randi. Kamu sama yang lain dimana?" Nira mendadak lemas mendengar nama yang disebutkan si penelepon. Oh, God.. Suaranya keren..

"Oh. Di depan."

"Iya, tau. Depan gerbang, kan? Dimananya?"

"Di..ng.. Dimana sih, ini?" Nira melihat sekeliling untuk mencari sosok Randi. Anjir, harus gue duluan yang ngeliat dia. Gak asik banget kalo dia ngeliat gue duluan, batinnya.

"Dimana hayooo?"

"Dih. Apaan, sih?"

"Gak usah salting gitu, dong."

"Siapa yang salting!?"

"Buset, sewot amat. Hahaha, gue liat elo, gue liat. Lo bertigaan, kan?"

"Hah!? Lo liat gue? Lo dimana sih emangnya?" Nira makin celingukan mencari sosok Randi. Ah, anjir kan. Dia duluan yang ngeliat gue..

"Lo ngapain celingukan gitu? Hahahaha..." suara Randi terdengar jelas dibelakangnya. Nira memutar badannya, mendapati Randi sedang tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan.

"Kenalin dulu, dong. Gue Randi.." Hati Nira berdesir melihat orang yang diam-diam ia sukai. Ia menjabat tangan Randi.

"Basi, ah!" dengan cepat ia menepis tangannya. Randi tertawa lalu menyalami Lala dan Adit.

"Ini Randi yang suka gak jelas itu?" tanya Lala cuek. Nira tertawa renyah.

"Iya, La." sahutnya. Randi cuma bisa mesem-mesem pahit.

"Yang lain kemana?" Adit buka suara.

"Lagi pada duduk-duduk, mau kesana dulu atau beli makan dulu?" tanya Randi sambil mengetik pesan singkat untuk Mita.

"Langsung kesana, deh." jawab Nira.

***

Aku udah ketemu Nira dkk, nih! Otw kesana. - Randi

"Maya," panggil Mita begitu membaca sms.

"Hn?" sahut Maya yang sedang minum.

"Randi udah ketemu Nira, katanya otw kesini." lapor Mita singkat.

"Oke," angguk Maya.

"Kak Nira sama siapa aja, Kak?" tanya Risa.

"Enggak tau, sebentar aku tanya dulu." Mita mengeluarkan handphonenya lagi.

"Gak usah, entar juga dateng." sergah Maya. Risa mengangguk setuju.

"Itu mereka, Mit." celetuk Asti sambil menunjuk Randi beserta Nira dkk.

"Oh, iya." Mita melambaikan tangan yang dibalas dengan cengiran khas Randi.

"Hai! Kangen ya, ditinggal pergi sebentar?" tanya Randi yang langsung duduk di samping Mita.

"Pengen banget ya, dikangenin?" Mita mencibir. Maya mempersilahkan ketiga pendatang baru untuk duduk.

"Kalian perkenalan dong," usul Maya disetujui yang lain.

"Perkenalan gimana, sih?" tanya Nira malas.

"Sini, sini kalo mau kenalan sama gue." Lala langsung pasang aksi.

"Males banget," celetuk Adit. Lala langsung sewot dan bersiap adu mulut lagi.

"Kalian tuh, ya. Dari tadi di jalan, kerjaannya ribut terus!" omel Nira.

"Ciye.. Semacam jodoh gitu, ya?" celetuk Maya.

Lala langsung sewot dan Adit hanya diam sambil asik memainkan handphonenya, biar dikira sibuk. Sementara itu ada sepasang mata yang memperhatikan Adit.

(to be continued...)

1 comment:

  1. ciye lebih cantik dari fotonya~ *emot malu-malu* #hush
    KEREN ABANGS! Lanjutannya agak panjangan dikit dums.. ( '-')/ #maumu

    ReplyDelete

I dare you to write comment down there.