Thursday, February 14, 2013

Meander - Chapter 1

"Buruan, nyet! Gue telat nih!" gerutu Adit sambil ngegas motornya. "Lenje amat sih, pake dandan dulu."

"Yee.. Sabar, nyet! Gue kan mau ketemu cewek gue, wajarlah dandan dulu. Lagian kan elo yang nebeng, pake ngomel pula! Gatau terimakasih lo," umpat Jojo sambil mengambi alih motornya. "Elo yang gue bonceng, enak aje lo yang bawa."

"Iya deh, terserah. Cepetan!" Adit pindah duduk diboncengan.

"Pegang pinggang gue dong," ejek Jojo.

"Najis."
***

Risa mematut diri di depan cermin sekali lagi, sudah hampir satu jam ia berdandan namun ia masih merasa ada yang kurang.

"Hmm.. Gigi gue udah kinclong kan, nih?" tanyanya pada diri sendiri sambil nyengir lebar didepan cermin. "Udah kok," jawabnya sendiri. "Apa yang kelupaan, ya?"

"RISA! Udah kelar belum dandannya?? Cepet tuh Ayah udah nungguin!!" teriak Ibunya dari luar kamar.

"IYA, BU! BENTAR LAGI!" Risa balas teriak dengan suara nyaring. Tanpa mengecek kembali, Risa menyambar tasnya lalu keluar kamar.

"Lama amat sih kamu!?" Ibunya sudah menunggu di depan pintu.

"Hehe," Risa nyengir. "Tadi ada yang kelupaan, Bu. Yaudah Risa pamit dulu ya," pamitnya sambil mencium tangan Ibunya lalu masuk mobil.

***

"Kamu udah liat wajah-wajah mereka emangnya, Mit?" tanya Asti.

"Udah. Sebagian, sih." jawab Mita sambil menyematkan bros.

"Kamu tau tempatnya?"

"Engga, sih. Nanti kita tanya-tanya aja," jawab Mita kalem. Asti mengangguk.

"Emang enak ya, punya temen cyber gitu?" Asti memainkan kunci kamar di tangannya.

"Asik, kok. Kan lumayan nambah temen, Ti.." ujar Mita sambil menyandang tas. "Yuk, jalan!"

"Oke," mereka pun keluar kamar kos.

"Kunci pintunya, jangan lupa!" 

***

Maya sedang memilih kemeja mana yang cocok dengan kaosnya itu ketika Tria -adiknya- menerobos masuk kamar.

"Jadi pergi, May?" tanyanya

"Jadi lah, mau ikut?" tanya Maya sambil mengenakan kemejanya.

"Ogah, ah." tukas Tria sambil menghempaskan diri ke kasur. "Gue gak kenal," lanjutnya.

"Nah, yaudah. Ntar gue bawain oleh-oleh aja. Mau apaan?"

"Onigiri."

"Sip."

***

"Lo dimana, sih?" gerutu Nira yang sudah setengah jam menunggu di halte.

"Bentar lagi nyampe,"

"Buruan!" ketusnya sambil menyender pada tiang.

"Iya, iya.."

/trekk/

Telepon diputus. Nira mendecak kesal, ia paling tidak suka menunggu seperti ini. Lima menit kemudian, sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepan halte. Penumpangnya keluar lalu melambaikan tangan pada Nira sambil nyengir tanpa dosa.

"Lama amat, sih!" damprat Nira.

"Ya, maaf.. Bokap gue tuh rese, maksa nganterin." jelas Lala sambil menggandeng tangan Nira. "Kita naik bus yang mana, Ra?"

"Itu tuh kayaknya," tunjuk Nira pada bus yang baru saja berhenti di depan halte.

"Yaudah, yuk naik!" ajak Lala sambil menarik tangan Nira menaiki bus.

***

Randi masih berbaring di kasurnya sambil mendengarkan lagu dari handphonenya.

*riiiing* *riiiing*

"Ya, halo?" Randi mengangkat teleponnya cepat.

"Assalamu'alaikum.."

"Oh iya, wa'alaikum salam.. Kenapa, Mit?"

"Engga, mau nanya doang. Abang jadi dateng, kan?"

"Hm.. Dateng gak yaa?" ledek Randi. Suara diseberang telepon terdengar kesal.

"Iih, abang! Serius dong, dateng kan?"

"Liat nanti aja deh.." ia senang menggoda orang, apalagi Mita. Mereka memang belum pernah bertemu, tapi mereka sangat mengerti satu sama lain.

"Dih. Pehape. Pokoknya kalo abang gak dateng, kita marahan. Udah ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam.." jawabnya sambil menutup telepon. "Suaranya lucu," gumamnya. Dateng gak ya? Pengen sih, pengen liat dia secara langsung juga. Tapi..

Setelah bertengkar dengan hati kecilnya, Randi pun mengambil jaket lalu menstarter motornya.

***

Maya menapakkan kakinya di gerbang festival Jepang disebuah kampus ternama itu. Ia mengecek jam di tangannya, "jam 9 lewat dikit. Siapa aja yang udah dateng nih?" ia mengambil handphonenya lalu mengetik sms.

Hoooooy, gue udah di tempat nih! Lagi pada dimana? - Maya


Ia mengirimkan pesan langsung ke banyak kontak. Sambil menunggu balasan, ia memilih untuk berkeliling stand bazaar lebih dulu. Sekalian mengenal lingkungan supaya memudahkan ia menjadi 'guide' bagi teman-temannya nanti.


*bzzzt* *bzzzt*

Gue masih otw. Nunggu Lala nih tadi lama. - Nira


Maya menghela nafas panjang, siapa suruh ngajakin Lala? Udah tau tuh anak emang suka ribet sendiri, batinnya. Getaran beruntun ia rasakan di tangannya saat ia baru saja akan mengantongi handphonenya.


Otw. Nanti turun di stasiun mana ya? - Mita


Macet nih, kayaknya ada karnaval ondel-ondel gituan deh. Gak ngerti. - Risa



Bentar lagi nyampe. - Randi



Maya geleng-geleng lalu memutuskan untuk hanya membalas pesan Mita.


Mana gue tau, gue gak pernah naik kereta! w(OAOw) - Maya


Ia kembali mengantongi handphonenya, ia sudah pernah bertemu dengan Mita dan Nira pada festival Jepang sebelumnya di daerah Blok M. Untuk yang lainnya, ia baru melihat foto. Ia kembali melihat-lihat stand, matanya tertuju pada sebuah stand. Perlahan ia mendekati stand bernuansa merah tersebut, lalu mengatakan sesuatu.


"Takoyaki satu, ya!"

***

Nira menarik tangan Lala berlari masuk stasiun.

"Pelan-pelan dong, Ra! Santai aja, sih, gak usah buru-buru!" jerit Lala.

"Udah jam berapa ini!? Gue tadi udah di sms Maya, tau!" balas Nira sewot. Lala langsung terdiam, memang dia yang salah kali ini.

Mereka berdua berhenti didepan loket tiket.

"Lo tunggu disini, gue beli tiket dulu." perintah Nira. Lala mengangguk lalu matanya jelalatan melihat sekeliling, rame banget ya stasiun. Matanya menangkap sosok yang familiar. Seseorang menepuk pundaknya.

"Yuk, La!" Nira menunjukkan tiketnya sambil menarik tangan Lala menuju kereta.

"Bentar, bentar! Itu siapa, Ra? Lo kenal gak?" tanyanya sambil menunjuk sosok familiar yang mengenakan vest abu-abu itu.

"Itu...mirip Adit, ya?" gumam Nira.

"Iya, kan? Pantesan familiar. Samperin, samperin!" mereka berdua pun menghampiri 'sosok familiar' itu. Nira pun menepuk pundak orang yang ia sangka Adit itu, orang itu menoleh.

"Adit, ya?" tanya Lala cepat. Adit mengangguk.

"Kalian siapa?" tanyanya polos.

"Aku Nira, dia Lala," kata Nira memperkenalkan diri.

"Oh..." Adit ber-oh panjang. "Laper gak? Pengen makan ikan nila bakar nih," ia menggumam. Lala tertawa sementara Nira menatap mereka bingung.

"Hah? Apaan sih, kok pada ketawa?" sungutnya. Adit terkekeh.

"Enggak apa-apa," ia kembali menatap handphone di tangannya. "Kalian gak di sms Maya?" Nira menepuk jidat.

"Oh iya! Ayo cepetan kita bareng aja, Dit!" ajak Nira sambil menggandeng Lala berjalan cepat ke kereta. Adit bergegas mengikuti, tak lama kemudian kereta berjalan. Sementara itu di stasiun, seseorang berteriak ke arah kereta yang baru saja jalan.

"WOY, MAS! TIKETNYA MANA!?"

***

"Berhenti disini, Ris?"

"Iya, Yah. Nanti ke dalemnya aku jalan kaki aja," jawab Risa sambil mencium tangan Ayahnya.

"Gak nyasar nanti?" tanya Ayah Risa khawatir. Risa menggeleng cepat.

"Itu banyak yang jalan kaki juga, kok. Samlikum, Yah.." pamit Risa seraya turun dari mobil. Ia bergegas mengikuti gerombolan orang yang mengenakan kostum-kostum unik. Cosplay-nya bagus-bagus amat buset, pikirnya.

"Risa, ya?" tanya seseorang yang berjalan disebelahnya. Risa terlonjak kaget, bagaimanapun juga ia tidak merasakan hawa kehadiran lelaki ini.

"I-iya. Situ siapa, ya?" jawabnya takut-takut. Cowok disebelahnya tertawa.

"Dih, gak kenal? Aku terkenal, lho!" katanya sambil cengar-cengir. Risa mengernyitkan alis, ini orang sok famous banget deh. Siapa sih? Ia membatin sambil berusaha mengingat wajah cowok narsis itu.

*riiiing* *riiiing*

Handphone cowok narsis itu berbunyi, agak malas ia mengangkat teleponnya.

"Yaa?"

"Randi? Udah dimane?"


"Udah sampe kok, ini lagi jalan kesana."


"Lo pake baju apa? Sendirian? Gue tungguin di deket stand takoyaki nih," cerocos suara di telepon.

"Gue pake kaos barca, gue ketemu Risa nih tadi di jalan."

"Hah? Risa? Yaudah cepetan kesini temenin gueeee!"


"Iye, udah ye." Randi mematikan sambungan. Risa menatapnya dengan bingung.


"Lo itu siapa sih sebenernya? Anak cyber juga?"

"Nah itu tau," celetuk Randi dilanjut tawa renyah. Risa mengangguk-angguk paham, pantesan sksd.


"Itu yang nelepon tadi siapa? Maya, ya?" tanyanya. Mereka kembali berjalan setelah sempat terhenti ketika Randi menerima telepon tadi.


"Iya, Maya yang nelepon. Suaranya keren ya dia," ucap Randi diselingi cengirannya. Risa menggeleng.

"Gak tau, belum pernah denger." gumamnya. Randi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh, oke.." Randi mengakhiri percakapan basa-basi mereka. Ini anak padahal biasanya asik, suka ngocol. Kok sekarang kalem? Ia mengangkat bahu.

***

"Mana nih temen-temenmu, Mit?" tanya Asti sambil menikmati kakigori-nya. Mita menggeleng.

"Gak dapet sinyal nih disini," umpatnya lirih. "Jalan aja yuk keliling," ajaknya sambil mengantongi handphonenya.

"Aku manut aja deh, Mit." ucap Asti cepat. Mereka pun memutuskan untuk melihat-lihat stand bazaar bersama dengan puluhan orang lain yang  datang ke acara itu.

Ada stand kaos-kaos bergambar anime, stand mainan, stand pembuat tattoo temporer yang hanya bertahan 3 bulan, stand kostum karakter anime, juga ada stand penyewaan yukata, dan masih banyak lagi yang Mita lihat saat itu.

"Mit, itu temen kamu yang kemarin di Blok M ketemu bukan?" tanya Asti tiba-tiba sambil menunjuk sosok perempuan tomboy yang menggunakan kemeja kotak-kotak. Mita mengikuti arah tunjukkan Asti.

"Lha, iya bener! Yuk," Mita bergegas menghampiri sosok yang ditunjuk Asti lalu mencolek pundaknya. Sosok itu menoleh.

"Siapa, ya?" tanya perempuan berkacamata itu dengan wajah bingung.

(to be continued...)
>>>

Yooosh~!
Sesuai permintaan fans anak buah partner gue yang begitu setia, kali ini gue buat 'serial' baru dengan judul "Meander". Kenapa harus "Meander"? Karena 'serial' ini menceritakan hal yang sangat complicated atau berliku-liku, dan mungkin juga tak berujung. Who knows. So, just enjoyed it and give your comment.

I'll appreciate all kind of comment. And I don't mind if you want to 'flame' me, or giving an ideas. Just do it, and I'll accept it whole-heart.

Uh.. That's enough talking. Wait for the next chapter on 14 March!

-L-

1 comment:

  1. Hahaha.. sumpah aku ketawa sendiri baca ini. Keren bang! Lanjuut~ *ketok palu*

    ReplyDelete

I dare you to write comment down there.