Monday, December 17, 2012

Journey (Part 04): The Secret -END-

Yoosh~!
Akhirnya telah sampailah kita kepada suatu ending yang begitu ngaco dibuat. #digetok.
Iya, ini udah endingnya. Ciyusan deh. Gak percaya? Cumpah miowooooh... #kembalidigetok.

Udah deh gausah berbasa-basi.
Lanjut deh nih!


>>>

Akira tak mempercayai pengelihatannya, ia tertegun dengan sosok si ceria yang selama ini sangat ingin ia lihat. Rambutnya yang berwarna biru, matanya yang biru berbinar hangat menatap mata hitam onyx milik Akira. Pakaian yang lelaki itu kenakan, dilengkapi dengan syal biru yang melingkar di lehernya. Serta suaranya.. Suara lelaki itu memang terasa familiar di telinganya, namun karena selama ini ia tidak menyanyi jadi Akira tidak menyadarinya.

"Kaito?" sebutnya tanpa sadar. Lelaki ini adalah gambaran ideal seorang Kaito, salah satu Vocaloid asal Jepang. Si ceria pun menatap Akira dengan bingung.

"Kau kenal aku?" ia balik bertanya. Wajahnya jelas sama bingungnya dengan Akira. Mendengar pertanyaan yang ditujukan padanya, Akira makin tertarik. Ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila diatas kasur, ditatapnya lelaki dihadapannya ini dengan penuh rasa penasaran.

"Kau cosplayer?" tanyanya, yang ditanya kelihatan kebingungan.

"Apa itu cosplayer? Kurasa aku bukan, aku Kaito." jawabnya diiringi senyum yang membuat gadis manapun tersipu, termasuk Akira. Gadis itu tentu akan tersipu kalau saja pikirannya sedang tidak mengarah ke hal lain.

"Kau Vocaloid?" tanya Akira antusias. Si ceria -atau Kaito- mengernyitkan dahi.

"Ya, aku satu dari Vocaloid. Bisa dibilang, aku model pertama di Jepang." jelasnya dengan sedikit rasa bangga.

"Model?" ganti Akira yang mengernyitkan dahi. Kaito mengangguk.

"Aku model terlama, model baru yang sekarang lebih mirip manusia. Suaranya pun lebih bervariatif," jelas Kaito pada Akira yang makin terlihat keheranan.

"Mustahil," gumamnya. Sesaat sebelum Kaito bertanya, seorang lelaki tegap bersetelan jas memasuki kamar.

"Selamat datang, Akira-chan!" sapanya ramah dengan suara yang menarik. Akira mengangguk sopan, ia merasa pernah mendengar suara itu entah dimana.

"Bagaimana menurutmu dengan tempat ini?" tanya lelaki itu sambil duduk disebelah Akira. Sekilas, ia melihat tatapan tidak suka dimata Kaito.

"Tempat ini, ya? Hm.. Aku tidak tahu, ini tempat apa?" tanya Akira meminta penjelasan. Lelaki itu tersenyum, wajahnya sangat menawan.

"Ini adalah VocaWorld. Yah, walaupun namanya begitu, ini hanya laboratorium yang sangat luas. Tidak lebih," jelas lelaki itu dengan ramah. Akira mengangguk-angguk sambil melihat ke sekelilingnya.

"Tempat seluas ini, untuk menampung para cosplayer? Apa anda tidak rugi?" tanya Akira. Lelaki tadi tertawa lepas.

"Ahahahaha.. Kau pikir dia ini cosplayer?" tanya lelaki itu sambil menunjuk Kaito. Akira mengangguk polos.

"Ya memang, memangnya dia apa?" tanyanya bingung. Saat itu matanya menatap sosok-sosok familiar yang memasuki ruang kaca itu; Kiku, Taito, & Akaito.

"Ah, kebetulan kalian sudah kembali!" seru lelaki itu. Ia pun berdiri disamping Kaito. "Dia," katanya sambil menunjuk Kaito, "dan mereka bertiga, adalah robot buatanku." jelas lelaki itu.

"APA!? Robot katamu?" Akira menutup mulutnya tak percaya. Lelaki itu mengangkat bahu.

"Yah. Lebih tepatnya, mereka itu android yang kubuat dengan meniru manusia."

"Tunggu!" potong Akira. "Kau membuat mereka berdasarkan Vocaloid?" cecarnya dengan wajah penuh keheranan.

Lelaki itu tertawa, "mereka itu Vocaloid."

***

Sudah seminggu lebih, Akira tinggal bersama para Vocaloid. Ya, sulit untuk mempercayainya. Namun mau tidak mau harus percaya, karena ia telah melihat dengan mata kepala sendiri. Puluhan Vocaloid berada ditempat itu, bahkan Akira tidak bisa mengenali sebagian.

"Akira-chan!" panggil seorang lelaki berhoodie putih sambil melambaikan tangan pada Akira.

"Dia lagi," desis Kaito yang sedang duduk disamping Akira. Akira tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Kaito. Selama seminggu ini mereka begitu dekat, tidak ada yang pernah melihat Akira tanpa Kaito disisinya.

"Maaf, ya." bisiknya. Kaito mengangguk malas lalu memperhatikan gadis itu pergi menemui orang yang memanggilnya. Terdengar suara tawa sinis dibelakangnya.

"Kau masih sebenci itu pada Minato-sama?" tanya seorang gadis berambut pink dengan suara anggun. Kaito mengangkat bahu.

"Entah, aku masih merasa ia menyembunyikan sesuatu." gumam Kaito. Kemudian ia beranjak untuk mengambil es krim di vending machine, ia tak sengaja menangkap pembicaraan kedua gadis yang berpapasan dengannya

"Manusia itu? Kamu yakin?" tanya gadis berkuncir samping itu pada gadis yang satunya.

"Mana mungkin aku salah dengar, kan? Ia akan dipulangkan ke tempat asalnya hari ini," jawab gadis yang mengenakan googles dikepalanya.

Ia membalik langkahnya menuju laboratorium.

>>Kaito POV<<
Benarkah? Benarkah Akira akan pulang ke rumahnya? Ia tidak mungkin pulang begitu saja, kan? Ia pasti tidak mau kembali ke tempat asalnya kan?

Aku membuka pintu laboratorium dan mendapati Minato sedang duduk didepan komputernya.

"Dimana Akira?" tanyaku begitu ia akan membuka mulut. Ia menunjuk ke studio rekaman disebelah kiri, ku lihat Akira sedang melakukan sebuah rekaman. 

"Sedang apa dia?" tanyaku lagi pada Minato yang kini berdiri disampingku. Aku membenci orang ini, tapi mau tidak mau aku harus menghormatinya. Biar bagaimanapun dia ini penciptaku.

"Membuat rekaman," sahutnya. Dari nada bicaranya, kurasa ia menyembunyikan sesuatu.

"Apa benar dia akan pulang ke tempat asalnya hari ini?" tanyaku serius, ia tertawa.

"Kau mendengar gosip juga rupanya," ia menyindir sambil tertawa. "Ya, dia yang ingin pulang." lanjutnya dengan suara dingin. Aku mengangguk lalu keluar dari ruangan itu.

Sial. Rupanya ia rindu rumahnya.

Kutunggu ia di bangku diluar laboratorium. Ia tampak kaget melihatku menunggunya disini.

"Kaito? Tumben menunggu disini," ucapnya sambil tersenyum manis. Aku menatapnya dengan serius.

"Akira," kutarik tangannya mendekat. "Benarkah kau ingin kembali ke tempat asalmu?" tanyaku. Ia terkejut dengan pertanyaanku yang bersifat menyerang. Mata onyxnya menatapku sendu.

"Aku ... ya, aku memang ingin kembali." sahutnya dengan suara lirih.

"Kenapa?" tanyaku sambil menggenggam erat tangannya. Memikirkan bahwa sebentar lagi gadis dihadapanku ini akan menghilang, sedikit membuatku khawatir. Ia duduk disampingku, menyenderkan kepalanya ke bahuku. Jemari kurusnya bertaut dengan jemariku. Ia terdiam, tidak menjawab pertanyaanku.

"Akira," panggilku. Ia mengeratkan genggamannya, namun tetap membisu.

Kebisuan Akira kali itu berlangsung lama. Diakhiri dengan rembesan airmata dilengan bajuku, serta suara paraunya yang untuk pertama kali kudengar begitu sedih.

"Maaf.."
>>end of Kaito POV<<

***

Sudah 6 bulan berlalu, kehidupan di VocaWorld masih sama. Para Vocaloid berbincang, bersenda gurau, bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Tidak demikian dengan Kaito, ia memilih untuk berbaring ditempat yang jauh dari keramaian.

Ia menerawang jauh menatap langit-langit yang begitu tinggi, mengingat awal pertemuannya dengan Akira. Gadis yang mampu menarik perhatiannya, membuat ia merasa berharga. Gadis yang selalu menemaninya, tidak peduli ia sedang dalam kondisi apapun.

"Akira ..." panggilnya tanpa sadar.

"Hm? Ya?" sahut Akira yang baru saja kembali sambil membawa dua kaleng jus. Kaito terkejut, wajahnya memerah.

"Ku kira kau belum kembali," gumamnya sambil memalingkan wajah. Akira tertawa melihatnya.

"Aku baru saja kembali," jawabnya sambil duduk disamping Kaito yang langsung memeluk pinggang gadis itu dari belakang. Sebuah ciuman mendarat dilehernya. Akira berjengit, "hey.."

"Hn?" gumam Kaito sambil menciumi leher jenjang gadis yang dicintainya itu.

"G-geli..." Akira berpaling menatap Kaito, lelaki itu mendaratkan kecupan hangat dibibir Akira. Gadis itu kembali memalingkan wajahnya yang merah merona, Kaito tertawa kecil sambil memeluknya.

"Aku sayang kamu," bisik Kaito di telinganya.

"Walaupun aku bukan manusia?" tanya Akira. Kaito mengecup pipinya.

"Tentu saja."

***

Hari ini kulihat Kaito telah kembali ceria. Syukurlah, kupikir efeknya akan lebih lama lagi. Tidak terasa sudah 6 bulan... Aku masih ingat saat Akira menemuiku dan memintaku untuk mengembalikannya ke tempat asalnya. Biasanya tidak ada yang mau kembali saat jatuh kesini. Sudah kuduga ada yang berbeda dari dirinya.

Belum pernah ada manusia yang datang lalu meminta pulang. Mereka selalu meminta untuk tetap tinggal. Tapi ini VocaWorld, aku tidak bisa membiarkan manusia tinggal disini.

Manusia yang datang, selalu dengan cepat menarik perhatian Vocaloid-ku. Aku masih ingat saat Meiko datang, Leon langsung jatuh cinta padanya. Leon, masterpiece pertamaku. Jatuh cinta pada seorang manusia yang notabene adalah kekasihku.

Ah...

Namun itu cerita dulu, sekarang semua sudah lebih terkendali. Sebelum gadis menarik bernama Akira itu terjatuh karena kesalahan Kaito yang sembarangan membuka portal. Awalnya kupikir akan mudah saja menyingkirkan gadis ini, namun ternyata aku pun tertarik padanya.

Masih teringat jelas saat ia menyambangi kantorku. Aku yang saat itu sudah berpikir bahwa ia akan meminta untuk tetap tinggal, terkejut dengan kata-kata yang terucap dari bibirnya.

"Minato-sama, bisakah aku kembali ke rumahku?"

Aku sedikit shock mendapati bahwa ia lebih memilih untuk pulang, daripada tinggal disini. Jujur, ia manusia yang kuharapkan mau tinggal disini menemaniku. Aku mencoba membuatnya goyah dengan mengatakan bahwa Kaito pasti akan sedih jika ia tinggal.

Tak ku sangka wajahnya terlihat begitu sedih. Ia meminta diri. Ku pikir ia sudah mantap tinggal disini, ketika ia kembali datang ke kantorku.

"Minato-sama, benarkah anda bisa membuatku jadi Vocaloid?"

Aku

Jemari Minato berhenti mengetik saat ia mendengar suara pintu dibuka. Kaito masuk ke kantornya.

"Apa aku mengganggu?" tanyanya sopan. Minato menggeleng dan mempersilahkan Kaito untuk duduk.

"Ada perlu apa?" tanya Minato. Kaito menarik nafas panjang sebelum melontarkan pertanyaannya.

"Dia sangat sempurna. Sangat mirip dengan Akira. Bahkan..ingatannya pun sama." Kaito berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Apa Akira yang disana juga memiliki ingatannya?"

Minato terdiam lama sebelum menjawab dengan lirih, "tidak. Ia tidak ingat apapun tentang kita."

***

Siang itu disebuah kedai ramen tua di pinggir kota.

"Paman! Shoyu ramen, satu!" seru seorang gadis berambut sebahu.

"Akira-kun, kau datang lagi rupanya!" seru paman pemilik kedai ramen. Akira tertawa renyah.

"Memangnya aku tidak boleh makan disini?" tanya gadis itu sambil pura-pura cemberut.

"Tentu saja boleh!" jawab paman itu sambil menyodorkan pesanan Akira. Gadis itu baru saja akan menyantap makan siangnya saat dua gadis SMP masuk ke kedai ramen tersebut.

"Sudah kubilang lebih baik Akira daripada Miku!" seru gadis berkuncir samping.

"Enak saja! Miku lebih manis!" bantah temannya yang memakai googles dikepalanya.

"Aku lebih suka Akira, suaranya menarik sih!"

"Pokoknya tetap Miku!"

Akira mendengarkan pembicaraan itu sambil tersenyum simpul.

-end-
>>>

1 comment:

I dare you to write comment down there.