Malam itu aku kembali merasakan haus, ku ingat kembali kapan terakhir kali aku berburu. Ah, lebih dari sebulan yang lalu. Tak heran kerongkonganku terasa kering.
"Faaan!" ku dengar teriakan Anggi, kakakku. Berdasarkan getaran suaranya yang menyentuh gendang telingaku, ia berada 200 meter disebelah barat dari tempatku berdiri.
"Ah, merepotkan," keluhku. Namun kakiku tetap melangkah menuju ke arahnya. Ku lihat Anggi sedang menyantap makan malamnya. Seorang pemuda bertubuh tinggi, sepertinya baru berusia 19 tahun.
Tubuh pemuda itu memucat, seiring dengan rona wajah Anggi yang kian bersinar. Taring mungil namun kuat milik Anggi telah berhasil mengantarkan pemuda tak dikenal itu menuju kematian. Anggi tersenyum puas dengan bibir masih basah oleh darah segar. Pemuda malang itu telah 'kosong', tak ada lagi darah tersisa ditubuhnya.